Monday, July 07, 2003

Beriklan Ala Pring Sewu

Ketika saya mengambil cuti di awal Juni lalu, saya mencoba mengusir kepenatan pekerjaan sehari-hari dengan melakukan travelling. Perjalanan berdua dengan kekasih hati dengan berkendaraan sendiri menyusuri jalur Pantura dari Jakarta menuju kota Semarang. Cukup menyenangkan karena jalurnya tidak terlalu ramai dalam suasana yang sangat berbeda.

Di tengah-tengah perjalanan kemudian saya menangkap sesuatu yang menarik dan unik. Ketika kami baru memasuki daerah Brebes dan disaat kami sudah mulai lapar. Di saat itu pula kami mulai memilih restoran di sepanjang jalur tersebut dan kami bingung karena banyak sekali restoran yang menawarkan berbagai masakan. Kemudian selintas saya membaca sebuah papan kecil ditempel di tiang telepon yang bertuliskan “Sedia Sop Buntut, ruangan AC. RM Pring Sewu. 40 km lagi”. Kecepatan saya kurangi untuk tetap bisa memilih restoran mana yang kelihatannya nyaman untuk beristirahat. Namun kemudian saya membaca kembali plang “Juice Mangga. RM Pring Sewu. 38 KM”. Rasa penasaran belum habis muncul lagi billboard kecil bertuliskan “Ayam Panggang, RM Pring Sewu. 35 KM lagi”.

Sayur Asem, Juice alpukat, ayam goreng, sambel terasi dan banyak lagi tulisan makanan seolah kita membaca daftar menu sepanjang jalan menuju rumah makan tersebut. Papan-papan itu muncul terus pada setiap kilometernya menuntun hingga pada tujuan yaitu rumah makan Pring Sewu yang berlokasikan 10 KM setelah kota Tegal. Seakan tersihir dengan kondisi perut keroncongan, akhirnya kami putuskan untuk memilih rumah makan tersebut sebagai tempat makan siang kami. Dan baru saya sadari bahwa cukup jauh ketika kami memutuskan untuk makan sedari daerah Brebes dan perlu diketahui ternyata sepanjang Brebes dan Tegal terdapat puluhan restoran besar.

Sebuah pelajaran berharga saya peroleh mengenai satu contoh melakukan dari taktik iklan yang sangat jitu. Sebuah taktik yang dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu dengan biaya iklan murah meriah namun bisa diperoleh hasil penjualan yang optimum. Hal ini bisa dilihat bahwa restoran ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Satu terapan ilmu pemasaran yang sangat lihai yaitu positioning dengan sekejap. Bagaimanana menanamkan produk atau jasa kita di benak para calon konsumennya dalam jangka waktu yang cepat. Ada tiga langkah strategis Pring Sewu lakukan:

Langkah pertama, mencoba memahami kebutuhan akan tempat yang nyaman dan sejuk di tengah panasnya daerah Pantura maka disediakan fasilitas ruangan berpendingin udara.
Yang kedua dilakukan adalah bagaimana menawarkan kesegaran sebuah makanan, yang dibutuhkan calon konsumen yang rata-rata sudah mulai lelah/capek dalam tengah-tengah perjalanan.
Langkah ketiga yang merupakan taktik differensiasi Pring Sewu adalah menawarkan hanya satu jenis menu makanan tertulis di satu papan kecil. Kemudian menawarkan satu per satu menu makanannya dalam setiap papan kecil yang ditempelkannya di tiang telepon sepanjang jalan dan sekaligus penunjuk jalan ke arah restoran tersebut. Daftar menu yang berderet ke bawah yang dipajang pesaingnya tentunya sangat tidak efektif karena sulit terbaca jelas jika calon konsumennya yang membacanya dalam kondisi berkendaraan dan berjalan cepat. Dan sama sekali tidak menggugah orang untuk membelinya karena semua restoran melakukan hal yang sama.

Bagaimana dengan Bank Mandiri? Di sepanjang jalan di jalur pantura biasanya di pintu gerbang masuk kota kabupaten, kita melihat pula billboard raksasa berwarna biru yang hanya bertuliskan “Bank Mandiri” namun kemudian muncul sebuah pertanyaan “So What?”. Pesan apa yang ingin disampaikan? Informasi apa pula yang harus ditangkap oleh calon nasabah Bank Mandiri? Nah, marilah kita belajar cara beriklan ala Pring Sewu.

Pelajaran pertama, sebelum beriklan maka pahami betul apa yang menjadi kebutuhan dari calon konsumen kita. Kemudian tentukan pula tujuan dari iklan tersebut dan target konsumen mana yang akan dibidik. Sehingga dalam billboard itu tidak hanya bertuliskan Bank Mandiri saja, tuliskan juga pesan apa yang ingin disampaikan.

Kedua adalah lancarkan program iklan dengan biaya murah. Dengan Billboard raksasa Bank Mandiri di sepanjang jalan sepertinya berbiaya puluhan juta rupiah tapi coba kita bandingkan dengan papan kecil Pring Sewu yang berukuran 50cm X 30cm yang pasti hanya berbiaya puluhan ribu saja.

Terakhir, lakukanlah program iklan dengan cara unik. Berbeda dengan yang lain sehingga kita akan selalu diingat. Untuk kasus jalur Pantura, sebaiknya Bank Mandiri menempatkan khusus beberapa ATM Mandiri di sepanjang jalur ini yang membentang dari Cikampek hingga Surabaya. Jangan percayakan pada ATMLINK karena inilah yang membuat kita berbeda dengan yang lain. Saya suka bermimpi ada papan kecil bertuliskan “ATM Mandiri. 10KM lagi.” – “5KM lagi” dan selanjutnya.

Semoga dari ketiga pelajaran ini kita dapat mengambil sebuah hikmah bagaimana Bank Mandiri melakukan taktik iklan jitu ala Pring Sewu.

Setelah kami kenyang menyantap ayam panggang, sambel terasi dan sayur asem di restoran yang berpendingin udara ini, kami melanjutkan kembali perjalanan. Baru 5 KM dari restoran Pring Sewu tadi, mata saya terbelalak lagi melihat tulisan pada papan kecil tulisan “Gurame Bakar. 30KM. RM Pring Jajar”. Hahaha....

Penulis:
Dede Parasade
TSAO Hub JPM